Minggu, 07 Mei 2023

Senyawa Antosianin

 https://youtu.be/5NNOTnPEuwY

3 komentar:

  1. Pada video dikatakan bahwa jumlah antioksidan dalam sampel dihitung dengan mengukur absorbansinya pada panjang gelombang 517 nm. Sedangkan pada jurnal yang saya temukan dikatakan bahwa digunakan absorbansi pada panjang gelombang 450 nm. Pertanyaan saya, mengapa bisa terjadi perbedaan panjang gelombang pada sampel yang sama apa penyebab panjang gelombangnya berbeda? dan apakah pengaruhnya pada hasil akhir?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Perbedaan panjang gelombang yang digunakan untuk mengukur absorbansi antioksidan pada sampel dapat terjadi karena adanya variasi dalam metode pengukuran, instrumen, atau protokol yang digunakan dalam penelitian atau analisis. Selain itu, perbedaan panjang gelombang yang digunakan dapat disebabkan oleh perbedaan jenis antioksidan yang diukur, karena berbagai jenis antioksidan dapat memiliki puncak absorbsi yang berbeda.
      Pengaruh dari perbedaan panjang gelombang pada hasil akhir dapat bervariasi tergantung pada jenis antioksidan yang diukur dan metode pengukuran yang digunakan. Namun, dalam umumnya, perbedaan panjang gelombang dapat mempengaruhi hasil akhir, karena puncak absorbsi yang berbeda dapat menghasilkan nilai absorbansi yang berbeda.
      Misalnya, jika pada sampel terdapat jenis antioksidan yang memiliki puncak absorbsi pada panjang gelombang 450 nm, dan metode pengukuran yang digunakan memilih panjang gelombang tersebut, maka hasil absorbansi yang diperoleh akan lebih tinggi dibandingkan dengan panjang gelombang 517 nm. Sebaliknya, jika antioksidan yang diukur memiliki puncak absorbsi pada panjang gelombang 517 nm, maka hasil absorbansi yang diperoleh akan lebih tinggi pada panjang gelombang tersebut.
      Oleh karena itu, penting untuk memilih panjang gelombang yang tepat sesuai dengan jenis antioksidan yang akan diukur dan metode pengukuran yang digunakan. Selain itu, pengukuran harus dilakukan dengan instrumen yang akurat dan diikuti dengan protokol pengukuran yang benar untuk mendapatkan hasil yang andal dan konsisten.

      Hapus
  2. Pemilihan pelarut yang tepat sangat penting dalam proses ekstraksi antosianin pada kulit buah kakao. Perbedaan penggunaan pelarut antara etanol dan campuran aquades dengan asam sitrat 10% dapat mempengaruhi hasil ekstraksi antosianin, antara lain:
    1. Kelarutan: Antosianin memiliki sifat polar, sehingga larut dalam pelarut polar seperti air atau etanol. Pelarut etanol memiliki daya larut yang lebih baik terhadap senyawa polar dibandingkan air (aquades). Sedangkan penggunaan campuran aquades dengan asam sitrat 10% dapat meningkatkan kelarutan antosianin pada kulit buah kakao.
    2. Kandungan air: Kandungan air dalam pelarut dapat mempengaruhi hasil ekstraksi antosianin. Penggunaan etanol yang mengandung air dalam jumlah yang berbeda dapat mempengaruhi kuantitas antosianin yang diekstraksi. Penggunaan campuran aquades dan asam sitrat 10% dapat menghasilkan ekstrak yang lebih murni karena tidak terkontaminasi oleh senyawa lain yang terdapat dalam etanol.
    3. Kandungan asam: Penggunaan asam sitrat 10% sebagai pelarut dapat meningkatkan kelarutan antosianin pada kulit buah kakao, sehingga dapat meningkatkan kuantitas ekstraksi yang dihasilkan.

    BalasHapus

UAS Imunologi dan Serologi

Nama  : Indah Sri Wulan Sofyan NIM     : G1E121023 Kelas   : A 1. Jelaskan mengapa ada perbedaan antara maturasi sel limfosit T dan maturasi...